A. Judul
PENGARUH PEMBERIAN BEASISWA PRESTASI
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMPN 3 TANJUNG TAHUN PELAJARAN
2012/2013
B. Latar belakang masalah
Beasiswa adalah bantuan pemerintah maupun swasta
berupa sejumlah uang yang diberikan kepada siswa atau calon siswa warga negara
Indonesia yang sedang atau akan mengikuti pendidikan di sekolah, Beasiswa ini
bertujuan membantu siswa yang berbakat dan berprestasi dari kalangan ekonomi
kurang mampu agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bantuan
ini biasanya berbentuk dana untuk menunjang biaya atau ongkos yang harus
dikeluarkan oleh anak sekolah atau mahasiswa selama menempuh masa pendidikan di
tempat belajar yang diinginkan.
Namun bisa juga beasiswa ini di wujudkan dalam bentuk yang lain, misalnya
buku buku pelajaran, fasilitas belajar serta hal lain yang tujuannya untuk
memperlancar para penerima bantuan ini agar mereka bisa menyelesaikan
pendidikannya tanpa ada gangguan terutama yang berhubungan dengan keuangan
hingga tuntas atau lulus.
Hamzah B Uno (2006:29) menyebutkan bahwa Beasiswa prestasi diberikan kepada siswa yang
memiliki prestasi, baik prestasi akademik maupun prestasi non akademik tetapi
lebih diutamakan bagi siswa yang berprestasi dibidang akademik. Beberapa
tujuan dari pemberian beasiswa ini antara lain adalah : 1) Untuk membantu para
pelajar atau mahasiswa agar mereka bisa mencari ilmu sesuai dengan bidang yang
ingin dikuasai, terutama bagi yang punya masalah dalam hal pembiayaan. 2) Menciptakan
pemerataan suatu ilmu pengetahuan atau pendidikan kepada setiap orang yang
membutuhkan. 3) Menciptakan generasi baru yang lebih pintar dan cerdas. Karena
dengan adanya bantuan beasiswa ini maka seseorang terutama kaum muda bisa punya
kesempatan untuk mendapat pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Dari sini
akan tercipta sumber daya manusia baru yang lebih mampu menjawab tantangan
jaman yang terus maju ini. 4) Meningkatkan kesejahteraan. Setelah tercipta
sumber daya manusia baru yang cerdas, diharapkan mereka ini bisa memberi bantuan
lewat ide dan ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya ketika menjalani masa
pendidikan. Karena ilmu pengetahuan tersebut bisa diterapkan dalam masyarakat
dengan tujuan untuk memajukan mereka sehingga kemakmuran dan kesejahteraan
lebih mudah dicapai.
Untuk meningkatkan prestasi hasil belajar peserta
didik, selain pemberian motivasi berupa beasiswa, diperlukan pula faktor
pendukung lainnya yaitu kondisi dari peserta didik itu sendiri, diantaranya
kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. Menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2011:189) dalam buku Psikologi Belajar
menjelaskan tentang Kondisi fisiologis dan kondisi psikologis peserta didik.
Kondisi fisiologis terdapat dua macam, yaitu: kondisi fisiologis yang bersifat
umum dan yang bersifat khusus. Kondisi fisiologis umum berpengaruh dalam
menunjang proses belajar peserta didik. Peserta didik yang segar jasmaninya
serta kondisi kesehatan terawat dengan baik, akan meningkatkan kemampuan
belajarnya. Kondisi fisiologis khusus melibatkan cara memfungsikan panca indera
saat proses belajar berlangsung, terutama penglihatan dan pendengaran. Peserta
didik yang kondisi fisiknya lemah, sering sakit-sakitan, cacat salah satu atau
beberapa dari panca indera, motivasinya juga akan kurang dibandingkan dengan
anak yang normal. Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil
belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan
mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar,
pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan
ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra
yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh
karena itu, baik pendidik maupun peserta didik perlu menjaga pancaindra dengan
baik, baik secara preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan
menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan
fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan
lain sebagainya. Sedangkan
kondisi Psikologis, Setelah diterima sebagai peserta didik, merupakan suatu
keharusan bahwa kondisi psikologis harus benar-benar dipersiapkan. Hal ini
perlu disadari, oleh karena tanpa suatu kesadaran yang mantap, akan berakibat
tersendat-sendatnya proses dan keberhasilan belajar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Saifuddin Azwar (2002) membedakan kondisi psikologis
ini dalam 2 kategori, yaitu variabel non kognitif dan kemampuan kognitif.
Variabel non kognitif terdiri dari minat, motivasi, dan variabel-variabel
kepribadian lainnya. Sedangkan variabel kognitif terdiri atas kemampuan khusus
(bakat) dan kemampuan umum (intelegensia).
Kemampuan Pembawaan, Kita ketahui bahwa tidak ada
dua orang yang pembawaannya sama. Juga di dalam kemampuan belajar, setiap orang
mempunyai potensi kemampuan sendiri-sendiri. Misalnya kemampuan pembawaan
berupa kecerdasan. Kecerdasan sangat menentukan kecepatan atau penerimaan
pelajaran. Tetapi jelas peserta didik yang cerdas tanpa memelihara kecerdasannya
yakni tanpa belajar dengan teratur, akan berakibat tersendat-sendat perjalanan
studinya. Sebaliknya, yang kurang cerdas, tapi belajar rajin, teratur,
terjadwal dan terprogram, meskipun tidak secepat kemampuan peserta didik yang
cerdas, akan tetap lancar studinya.
Kemauan Belajar (Minat dan Motivasi), Tak ada
seorangpun yang memungkiri, bahwa tanpa minat dan motivasi tidak akan tercapai
hal yang diharapkan. Motivasi adalah penting sekali bagi belajar. Untuk dapat
memberi motivasi pada orang yang belajar, kita harus mengetahui dasar psikis
dari orang yang belajar. Orang yang belajar adalah orang yang hidup yang telah
mempunyai kebiasaan-kebiasaan, kesenangan dan ketidaksenangan, emosi, sikap
kecemasan serta ketakutan. Selain itu, manusia datang ke dunia telah mempunyai
keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan. Kebutuhan ini makin lama makin
meningkat dan makin kompleks.
Sikap terhadap Pendidik dan mata pelajaran, Sikap
peserta didik terhadap pendidik dan mata pelajarannya akan mempengaruhi proses
belajarnya. Peserta didik yang benci terhadap pendidik tidak akan lancar
belajarnya. Mungkin sikap siswa terhadap pendidik dipengaruhi oleh penampilan
dan sikap dari pendidik yang bersangkutan. Pendidik yang tidak ramah, selalu
muram, dan cara berpakaian yang kurang baik akan mempengaruhi sikap siswa.
Demikian pula sikap peserta didik terhadap mata pelajaran juga merupakan faktor
penentu keberhasilan belajar.
Bimbingan di dalam belajar, peserta didik butuh
bimbingan. Beimbingan ini perlu diberikan untuk mencegah usaha-usaha yang
membuta sehingga anak tidak mengalami kegagalan, melainkan dapat membawa
kesuksesan. Bimbingan dapat menghindari kesalahan dan memperbaikinya.
Menurut kepala sekolah SMP Negeri 3 Tanjung, pemberian beasiswa prestasi dipandang
sangat penting. Hal tersebut di tujukan untuk meningkatkan hasil belajar para
peserta didik yang menerima beasiswa tersebut, dan mengharapkan para peserta
didik tersebut dapat menuntaskan pendidikannya di SMP Negeri 3 Tanjung dengan
hasil yang memuaskan dan berguna untuk memudahkan mereka dalam melanjutkan
pendidikannya pada sekolah-sekolah lanjutan yang mereka inginkan.
Pemberian beasiswa prestasi di SMP Negeri 3 Tanjung telah di lakukan
semenjak sekolah tersebut mulai berdiri hingga sekarang, manfaat yang di peroleh
dalam proses belajar dan mengajar dari hal tersebut sangat dirasakan baik itu
oleh peserta didik maupun pendidik yang ada di SMP Negeri 3 Tanjung.
Untuk itu, penulis ingin mengambil salah satu faktor
yaitu Pengaruh Pemberian Beasiswa Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik,
Penulis ingin meneliti seberapa besar pengaruh pemberian beasiswa terhadap
motivasi belajar peserta didik SMPN 3 Tanjung dengan mengampil sampel
perbandingan motivasi belajar peserta didik beasiswa dan non beasiswa SMPN 3
Tanjung tahun pelajaran 2012/2013.
C. Rumusan masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas,
maka masalah yang dapat di rumuskan dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada
Pengaruh Pemberian Beasiswa Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik di SMPN 3
Tanjung Tahun Pelajaran 2012/2013 ?”
D. Batasan masalah
Batasan masalah merupakan
salah satu hal yang sangat penting dalam penulisan proposal ini. Dalam
pembatasan masalah yang tepat dan benar, maka arah dari pembahasan masalah akan
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Penyusunan Proposal ini, penulis memberikan batasan
mengenai :
1. Pengaruh pemberian beasiswa terhadap motivasi belajar
Peserta Didik.
2. Motivasi belajar peserta didik di SMPN 3 Tanjung
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan
judul dan rumusan masalah yang penulis kemukakan diatas, maka penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui Pengaruh Pemberian Beasiswa Terhadap Motivasi Belajar Peserta didik
di SMPN 3 Tanjung Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Untuk
mengetahui Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik di SMPN 3 Tanjung Tahun Pelajaran 2012/2013.
3. Untuk
mengetahui Perbedaan Motivasi Peserta didik yang mendapatkan beasiswa dengan
yang tidak mendapatkan beasiswa pada peserta didik di SMPN 3 Tanjung Tahun
Pelajaran 2012/2013..
F.
Manfaat
penelitian
1.
Manfaat
secara teoritis
a.
Sebagai
suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya maupun masyarakat pada
umumnya mengenai pengaruh Pemberian Beasiswa terhadap motivasi belajar peserta didik di
SMPN 3 Tanjung tahun pelajaran 2012/2013.
b.
Menambah
pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai keaktifan Peserta Didik dalam proses
pembelajaran dan prestasi belajar maupun Motivasi belajar peserta didik di SMPN 3
Tanjung tahun pelajaran 2012/2013.
c.
Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian yang
sejenis pada waktu yang akan datang.
2.
Manfaat
praktis
a.
Menyebarluaskan
informasi mengenai arti pentingnya keaktifan Peserta Didik dalam proses
pembelajaran dan motivasi belajar untuk mendukung pencapaian prestasi belajar secara optimal.
b.
Sebagai
calon pendidik, pengetahuan dan pengalaman selama mengadakan penelitian ini
dapat ditransformasikan kepada peserta didik pada khususnya dan masyarakat luas
pada umumnya.
G. Tinjauan pustaka dan perumusan
hipotesis
1.
Penegasan
pengertian istilah
a.
Beasiswa
Beasiswa
pada umumnya merupakan pemberian biaya untuk pendidikan bagi peserta didik yang
masih aktif mengikuti pembelajaran di suatu sekolah atau perguruan tinggi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, beasiswa dimaknai sebagai tunjangan yang
diberikan kepada pelajar atau mahasiswa sebagai bantuan biaya belajar. Beasiswa
juga bisa dimaknai lain yakni sebagai dana siswa atau dharma siswa.
(www.artikata.com/arti-320966-beasiswa.php).
Menurut
Agus Lahinta (2009) mengatakan pengertian beasiswa adalah pemberian berupa
bantuan keuangan yang diberikan kepada perorangan yang bertujuan untuk
digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ditempuh. Beasiswa dapat
diberikan oleh lembaga pemerintah, perusahaan ataupun yayasan.
Beasiswa
adalah pemberian berupa bantuan keuangan yang diberikan kepada perorangan yang
bertujuan untuk digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ditempuh.
Beasiswa dapat diberikan oleh lembaga pemerintah, perusahaan ataupun yayasan.
Pemberian beasiswa dapat dikategorikan pada pemberian cuma-cuma ataupun
pemberian dengan ikatan kerja (biasa disebut ikatan dinas) setelah selesainya
pendidikan. Beasiswa merupakan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik
yang mengalami kesulitan ekonomi dan/atau memiliki motivasi yang baik. (http://id.wikipedia.org/wiki/Beasiswa).
b.
Motivasi
Pengertian dasar motivasi ialah “Keadaan internal
organisme (baik manusia ataupun hewan) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu
dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah” (Gleitman, dalam
Muhibbin, 1997:136). Sedangkan menurut Daryanto motivasi adalah alasan atau
dorongan (1998:407). Menurut Dimyati (2002:80) motivasi adalah kekuatan mental
yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk prilaku mengajar.
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku
individu belajar. Sedangkan Motivasi menurut Kartini Kartono (2004 : 18) adalah gambaran pendorong kerja disugestikan berwujud
dan insentif berupa uang sebagai satu-satunya rangsangan untuk bekerja.
Belajar sendiri di artikan sebagai sebagai suatu proses timbul atau berubahnya
tingkah laku melalui latihan (usaha pendidikan) dan dibedakan dengan perubahan
yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak dapat digolongkan kepada latihan
usaha pendidikan itu sendiri (Hilgar, E.R, 1984 dalam Masrial, 1993 : 8)
2.
Landasan
teori
a.
Pengertian
Beasiswa
Beasiswa
memiliki arti sebagai bantuan yang diberikan pada siswa dalam bentuk dana atau uang yang akan digunakan untuk
membantu proses pendidikan.
Sesuai dengan terminology dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 (2002:141), beasiswa adalah “ tunjangan yang
diberikan kepada pelajar dan
peserta didik sebagai bentuan biaya belajar”. Beasiswa dimaksudkan sebagai bantuan yang diberikan pada siswa balam bentuk
dana atau berupa uang yang dapat
digunakan untuk membantu keperluan proses pendidikan.
Beasiswa adalah bantuan untuk membantu
orang terutama bagi yang masih sekolah atau kuliah agar mereka dapat
menyelesaikan tugasnya dalam rangka
mencari ilmu pengetahuan hingga selesai (anneahira.com). Bantuan ini biasanya
berbentuk dana untuk menunjang biaya atau ongkos yang harus dikeluarkan oleh
anak sekolah atau mahasiswa selama menempuh masa pendidikan di tempat belajar
yang diinginkan.
Beasiswa juga
ditujukan untuk mengantisipasi mahalnya memperoleh pendidikan yang diharapkan memenuhi
segala kebutuhan dalam proses belajar
agar proses
pendidikan dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa beasiswa berfungsi
sebagai bantuan
dana bagi siswa yang kurang mampu maupun yang bermotivasi untuk memperoleh pendidikan yang layak yang diberikan oleh suatu
lembaga pemerintah maupun
swasta.
b.
Jenis
dan Penggunaan Beasiswa
Cahyadi (2004:9) menjelaskan bahwa jenis Beasiswa dibagi
menjadi dua, yaitu: pertama, beasiswa bagi peserta didik bermotivasi, adalah beasiswa yang memang
ditujukan kepada peserta
didik yang memiliki motivasi baik. Dan kedua, beasiswa
yang diberikan kepada peserta
didik yang membutuhkan bantuan untuk menjalankan proses pendidikannya.
Sedangkan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1996), beasiswa
digunakan untuk memenuhi
keperluan biaya pendidikan seperti iuran Sumbangan
Pembinaan Pendidikan (SPP),
peralatan belajar (buku, alat tulis, dan lain-lain),
seragam, dan pengeluaran
lain yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Dengan adanya bantuan dana atau beasiswa ini peserta
didik dapat memenuhi segala kebutuhan yang berkaitan dengan proses
pembelajaran.
Penetapan pemberian beasiswa kepada peserta didik
didasarkan atas beasiswa dan tingkat ekonomi peserta didik. Peserta didik dengan
tingkat ekonomi yang rendah, mendapatkan beasiswa untuk membantu segala keperluan
dalam proses pendidikan, sedangkan peserta didik dengan motivasi
yang baik mendapatkan beasiswa atas motivasi yang diraih.
Jadi dapat disimpulkan bahwa beasiswa digolongkan
berdasarkan jenis dan penggunaannya terutama untuk bidang pendidikan.
Jenis beasiswa dikelompokkan berdasarkan lembaga pemberi beasiswa itu
sendiri dan macam beasiswa yang diberikan. Sedangkan penggunaan beasiswa
lebih diarahkan untuk memenuhi segala keperluan dalam menjalakan
proses pendidikan sehingga pemberian beasiswa lebih efektif.
c.
Tujuan
Beasiswa
Secara umum penggunaan
beasiswa adalah untuk
meringankan beban biaya pendidikan (Hasan, 2004). tujuan beasiswa yakni:
1) Untuk meningkatkan pemerataan dan kesempatan belajar
bagi peserta didik yang mengalami kesulitan ekonomi.
2) Mendorong dan mempertahankan semangat belajar para
peserta didik agar mereka
dapat menyelesaikan pendidikan tepat waktu.
3) Mendorong meningkatkan motivasi akademik sehingga
memacu peningkatan kualitas pendidikan.
Pemberian beasiswa ditujukan
untuk mencukupi kebutuhan proses pembelajaran sesuai dengan yang termuat dalam pedoman
pemberian dan tujuan beasiswa.
Segala kebutuhan untuk memperlancar proses
pembelajaran dapat terpenuhi dengan adanya beasiswa yang berperan untuk
membantu pemerataan pendidikan dan memperlancar proses belajar dengan
baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan
beasiswa adalah untuk meringankan beban biaya pendidikan sehingga peserta
didik dapat memperoleh pendidikan yang layak tanpa harus terkendala oleh
mahalnya biaya pendidikan biaya pendidikan, dan dapat terus memacu motivasi belajar
peserta didik.
d.
Pengertian
motivasi
Motivasi menggambarkan suatu dorongan yang
menggerakkan manusia untuk bertindak dengan cara tertentu. Hal ini
membuktikan bahwa motivasi muncul karena adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan
menunjukkan adanya kekurangan yang dialami individu. Kekurangan yang
dapat bersifat fisiologis, psikologis, atau sosiologis. Kebutuhan tersebut
mendorong dan mengarahkan untuk mengurangi kekurangan akan kebutuhan.
Motivasi juga merupakan
cadangan energi dalam diri
seseorang yang nantinnya dapat digunakan dalam
mewujudkan keinginannya.
Motivasi berasal dari kata Latin movere
yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation)
dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan
khususnya.
Memotivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan
daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif
berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan (Hasibuan,
2006:141).
Menurut J.P. Chaplin (2000), motivasi adalah suatu
variabel yang ikut campur tangan yang digunakan untuk menimbulkan
faktor-faktor tertentu didalam organisme, yang membangkitkan, mengelola,
mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran. Pentingnya motivasi
karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku
manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.
Perusahaan bukan hanya mengharapkan karyawan mampu, cakap dan terampil tetapi
yang terpenting setiap karyawan mau bekerja dengan giat dan berkeinginan
untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Kemampuan dan kecakapan karyawan tidak
ada artinya bagi perusahaan jika karyawan tidak mau bekerja giat.
Motivasi menurut Robbins (dalam Winardi, 2001:1)
adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk
tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi
beberapa kebutuhan individual. Anorogo (2006:38) motivasi adalah suatu
model dalam menggerakkan dan mengarahkan seseorang agar dapat melaksanakan
tugasnya masing-masing dalam mencapai sasaran dengan penuh kesadaran,
kegairahan dan tanggung jawab.
Mitchell dalam Winardi (2001:1) menyatakan motivasi
mewakili prosesproses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya,
diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang
diarahkan ke arah tujuan tertentu. Lebih lanjut Hodgetts dan Luthan (dalam
Usmara, 2006) mengemukakan motivasi sebagai proses psikologis melalui keinginan
yang belum terpuaskan, yang diarahkan ke pencapaian tujuan.
Motivasi dapat berfungsi sebagai proses pemberian
motif (penggerak) kerja kepada karyawan sedemikian rupa sehingga mereka
mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi. Anorogo
(2001:34) memberikan pengertian motivasi adalah kebutuhan yang mendorong
perbuatan kearah suatu tujuan tertentu.
Motivasi menurut Edwin B. Flippo (dalam Hasibuan,
2006:143) motivasi adalah suatu keahlian dalam mengarahkan karyawan dan
organisasi agar mampu bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para
karyawan dan tujuan organisasi sekaligus tercapai.
Sedangkan menurut Hamalik (1995) menyatakan bahwa
motivasi merupakan suatu proses tingkah laku yang diamati dan meramalkan
tingkah laku orang lain, serta menentukan karakteristik proses berdasarkan
petunjuk-petunjuk tingkah laku seseorang. Petunjuk tersebut dapat dipercaya
apabila tampak kegunaanya untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah laku
lainnya.
Jadi Motivasi dapat disimpulkan: (1) Sebagai suatu
kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu. (2) Sebagai
suatu keahlian dalam mengarahkan karyawan dan perusahaan agar mau bekerja
secara berhasil, sehingga keinginan karyawan dan tujuan perusahaan sekaligus
tercapai. (3) Sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku. Pelajaran motivasi
sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku. (4) Sebagai energi untuk
membangkitkan dorongan dalam diri. (5) Sebagai kondisi yang berpengaruh
membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan
lingkungan kerja.
H. Metode penelitian
1.
Jenis
penelitian
Metode
adalah pendekatan yang digunakan dalam rangka mengadakan pendekatan terhadap
masalah yang dihadapi atau diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat seorang
ahli yang mengatakan bahwa “Metode adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2008 : 1). Metode eksperimen
adalah suatu pendekatan dimana situasi atau gejala dibuat dengan sengaja
ditimbulkan” (Suharsimi Arikunto, 2002 : 12).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif sebagai pendekatan dalam mengumpulkan data. Metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivise, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci,pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal,
teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.
Analisis kualitatif adalah analisa data dengan
menggunakan analisis deskriptif non statistic melalui penjelasan kata-kata
yang akhirnya dapat di tarik suatu kesimpulan. Secara garis besar
langkah-langkah dalam menganalisis data yaitu persiapan, tabulasi atau
perumusan data dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
(Suharsimi Arikunto, 1998:240).
Dalam menganalisis data yang bersifat kualitatif ini,
maka menggunakan pola berpikir deskriptif analisis
induktif. Induktif yaitu cara berfikir yang berangkat dari
faktor-faktor khusus, peristiwa yang konkrit, kemudian dari faktor dan
peristiwa konkrit itu ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum
(Sutrisno
Hadi,
2000:42).
Adapun langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai
berikut:
a. Penelaahan seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber yaitu wawancara, pengamatan, dokumentasi, gambar, foto dan
lain sebagainya.
b. Mereduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat
abstraksi yang merupakan usaha membuat rangkuman inti.
c. Penyusunan dalam satuan-satuan, pertama satuan itu
harus mengarah pada satu pengertian atau tindakan yang diperlukan
peneliti, dan kedua satuan-satuan itu harus dapat disatukan.
d. Kategori, yaitu penyusunan kategori yang dalam hal ini
salah satu tumpukan dan seperangkat tumpukan yang telah disusun
atas dasar pikiran, intuisi, pendapat atau kriteria tertentu.
e. Pemeriksaan keabsahan data, yaitu pemeriksaan data
yang di dapat secara keseluruhan untuk memastikan apakah sudah valid
atau masih ada yang dilakukan pengulangan atau revisi. (Lexi J.
Moleong, 2001:190-193)
Sedangkan proses
analisis data dilakukan setelah data yang
diperoleh sudah final
artinya tidak lagi melakukan wawancara atau
observasi untuk mencari
informasi. Analisis data dilakukan untuk
menemukan makna setiap data
atau informasi kemudian ditafsirkan dengan akal sehat (common sense) lantas di
pilah-pilah kemudian dibandingkan satu dengan yang lain. Apabila data-data
yang ada sudah dapat di pahami, maka dapat dilakukan usaha pencarian
kekeliruan atau kekurangan yang utama untuk kemudian diselesaikan,
untuk menemukan konsep-konsep pemecahan masalah dari sudut pandang
sumber data itu. (Hadari Nawawi dan H.Mimi, 1966:189-191)
2.
Populasi
dan sampel
a.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian
(Arikunto, 1996:108).
Sedangkan populasi menurut Sutrisno Hadi (1990:53)
adalah keseluruhan wilayah
individu, obyek atau peristiwa untuk digeneralisasikan. Dan menurut Sri ningsih (1983:87)
populasi adalah sejumlah individu yang paling sedikit memiliki satu
sifat yang sama.
Beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa populasi adalah seluruh individu atau obyek
penelitian yang di dalamnya terdapat satu atau lebih sifat yang sama, yang
merupakan daerah untuk digeneralisasikan dalam penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik dan
Pendidik SMP Negeri 3 Tanjung. Jumlah Pendidik SMPN 3 Tanjung 30 orang dan jumlah peserta didik
280 dengan jumlah
keseluruhan 310
orang.
b.
Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan
menggunakan cara-cara
tertentu (Hadi, 1990:57). Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto
(1998:117) sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
sampel adalah sebagian dari
jumlah populasi yang mewakili untuk di teliti baik dari peserta didik dan unsur Pendidik SMPN
3 Tanjung. Dari unsur Pendidik SMPN 3 Tanjung diambil 50%
dari anggota sampel,
yaitu 15 orang dari 30. Sedangkan dari unsur
peserta didik diambil 20%
dari jumlah sampel, yaitu 56 orang dari 280,
(Arikunto, 1998:120).
3.
Data
penelitian
a.
Jenis
dan sumber data
Penulisan proposal ini berupa penelitian lapangan,
yaitu penelitian yang
prosedurnya menghasilkan
data deskriptif yang berupa kata-kata atau lisan
orang-orang dan perilaku
yang diamati. (Robert B dan Steven J. yang
dikutip Leay Moloeng, 1993 :
3).
Dalam
penelitan kualitatif, analisa data dilakukan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul, kegiatan dalam analisis data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel, mentabulasi data berdasarkan variabel
dari seluruh responden, menyajikan data, melakukan perhitungan untuk merumuskan
masalah, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Data
kualitatif, yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang
dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
b.
Tekhnik
pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat
penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan
data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap
ini tidak boleh salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan
ciri-ciri penelitian kualitatif.
Suharsimi Arikunto (2002 : 136) menjelaskan bahwa
metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data penelitiannya. Di dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data
dikumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). wawancara,
2). observasi, 3). dokumentasi, dan 4). diskusi terfokus (Focus Group
Discussion). Sebelum masing-masing teknik tersebut diuraikan secara rinci,
perlu ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting yang harus dipahami
oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing teknik tersebut
dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus masalah mana
yang memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik observasi, mana
yang harus kedua-duanya dilakukan, dst. Pilihan teknik sangat tergantung pada
jenis informasi yang diperoleh.
1) Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan
informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek
penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara
bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada
hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara
mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau,
merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah
diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Karena merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil wawancara
sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya.
Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa tahapan yang harus
dilalui, yakni; 1) mengenalkan diri, 2) menjelaskan maksud kedatangan, 3) menjelaskan
materi wawancara, dan 4) mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010: 358).
Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi yang komprehensif sebagaimana diharapkan
peneliti, maka berdasarkan pengalaman wawancara yang penulis lakukan terdapat
beberapa kiat sebagai berikut; 1). ciptakan suasana wawancara yang kondusif dan
tidak tegang, 2). cari waktu dan tempat yang telah disepakati dengan informan,
3). mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana hingga ke yang serius, 4).
bersikap hormat dan ramah terhadap informan, 5). tidak menyangkal
informasi yang diberikan informan, 6). tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi
yang tidak ada hubungannya dengan masalah/tema penelitian, 7). tidak
bersifat mengpendidiki terhadap informan, 8). tidak menanyakan hal-hal yang
membuat informan tersinggung atau marah, dan 9). sebaiknya dilakukan secara
sendiri, 10) ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai dan minta
disediakan waktu lagi jika ada informasi yang belum lengkap.
Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1). wawancara
mendalam (in-depth interview), di mana peneliti menggali informasi
secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan informan dan
bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya
sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkali-kali; 2). wawancara terarah (guided
interview) di mana peneliti menanyakan kepada informan hal-hal yang telah
disiapkan sebelumnya. Berbeda dengan wawancara mendalam, wawancara terarah
memiliki kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat
dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara
atau peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan daripada
bertatap muka dengan informan, sehingga suasana terasa kaku.
Dalam praktik sering juga terjadi jawaban informan tidak jelas atau
kurang memuaskan. Jika ini terjadi, maka peneliti bisa mengajukan pertanyaan
lagi secara lebih spesifik. Selain kurang jelas, ditemui pula informan menjawab
“tidak tahu”. Menurut Singarimbun dan Sofian Effendi (1989: 198-199), jika
terjadi jawaban “tidak tahu”, maka peneliti harus berhati-hati dan tidak
lekas-lekas pindah ke pertanyaan lain. Sebab, makna “tidak tahu” mengandung
beberapa arti, yaitu:
a)
informan memang tidak mengerti
pertanyaan peneliti, sehingga untuk menghindari jawaban “tidak mengerti",
dia menjawab “tidak tahu”.
b)
informan sebenarnya sedang
berpikir memberikan jawaban, tetapi karena suasana tidak nyaman dia menjawab
“tidak tahu”.
c)
pertanyaannya bersifat personal
yang mengganggu privasi informan, sehingga jawaban “tidak tahu’ dianggap lebih
aman
d)
informan memang betul-betul
tidak tahu jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Karena itu, jawaban “tidak
tahu" merupakan jawaban sebagai data penelitian yang benar dan sungguh
yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti.
2) Observasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif.
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan panca indera, bisa
penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan
untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian,
peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang.
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau
kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi,
yaitu: 1). Observasi partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur, dan 3).
observasi kelompok. Berikut penjelasannya:
a)
Observasi partisipasi adalah (participant
observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti
terlibat dalam keseharian informan.
b)
Observasi tidak terstruktur
ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga
peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di
lapangan.
c)
Observasi kelompok ialah
pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang
diangkat menjadi objek penelitian.
3) Dokumen
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa
diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip
foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa
dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa
silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen
tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna.
4) Focus Group Discussion
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat
(Focus Group Discussion), yaitu upaya menemukan makna sebuah isu
oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah
oleh seorang peneliti. Misalnya, sekelompok peneliti mendiskusikan hasil UN
2011 di mana nilai rata-rata siswa pada matapelajaran bahasa Indonesia rendah.
Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh seorang peneliti, maka
dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang peneliti. Dengan beberapa
orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan diperoleh hasil pemaknaan yang lebih
objektif.
4.
Variabel
penelitian
Variabel
penelitian merupakan gejala yang menjadi obyek penelitian (Yatim, 1996:11)
Variabel dalam hal ini diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek
pengamatan peneliti (Rahman, 1998 : 52). Sering pula diartikan bahwa variabel penelitian
itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan
diteliti. Sedangkan menurut Arikunto (1999 : 97) variabel yaitu obyek
penelitian yang bervariasi.
a. Variabel
Bebas
Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah Pemberian beasiswa di SMPN 3 Tanjung tahun pelajaran
2012/2013.
b. Variabel
Terikat.
Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah motivasi belajar peserta didik yang mendapatkan beasiswa
di SMPN 3 Tanjung tahun pelajaran 2012/2013.
5.
Analisis
data
Analisis Data Kualitatif
adalah proses kegiatan yang meliputi mencatat, mengorganisasikan,
mengelompokkan dan mensintesiskan data selanjutnya memaknai setiap kategori
data, mencari dan menemukan pola, hubungan-hubungan dan memaparkan
temuan-temuan dalam bentuk deskripsi naratif, bagan, flow chart, matriks maupun
gambar-gambar yang bisa dimengerti dan pahami oleh orang lain.
Dalam penelitian
kualitatif teknis analisis data yang digunakan belum ada pola yang jelas
sehingga belum ada panduan yang pasti. Hal ini memungkinkan peneliti untuk
menganalisis data berdasarkan tingkat intelektual dan kreativitasnya sehingga
membebaskan peneliti untuk membentuk pola tersendiri yang dirasakan cocok
dengan sifat penelitiannya.
Pada hakikatnya
analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, menpendidiktkan,
mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga
diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.
Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya
berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa
dipahami dengan mudah.
Analisis data
kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan data,
dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran
penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab
fokus penelitian. Di dalam penelitian lapangan (field research) bisa
saja terjadi karena memperoleh data yang sangat menarik, peneliti mengubah
fokus penelitian. Ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian kualitatif
bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah didesain sejak awal bisa berubah di
tengah jalan karena peneliti menemukan data yang sangat penting, yang
sebelumnya tidak terbayangkan. Lewat data itu akan diperoleh informasi yang
lebih bermakna. Untuk bisa menentukan kebermaknaan data atau informasi ini
diperlukan pengertian mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual,
pengalaman dan expertise peneliti. Kualitas hasil analisis data
kualitatif sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut.
Untuk memperoleh
gambaran yang jelas mengenai data dari masing-masing variabel serta untuk
menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan analisis data.
a.
Teknik
Deskripsi Data
Data yang diperoleh dideskripsikan dengan menggunakan
statistik deskripstif, statistik deskriftif ini meliputi penentuan skor Maksimal
ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi).
Untuk menentukan harga Mi dan SDi adalah dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
Mi = (skor maksimal ideal + skor minimal ideal).
SDi = (skor maksimal ideal – skor minimal ideal)
(Wayan Nurkencana dan
PPN. Sumartana, 1986 : 90).
Berdasarkan
harga Mi dan SDi maka dibuat tabel konversi untuk pengkategorian masing-masing
variabel sebagai berikut :
Mi + SDi sampai Mi + 3
SDi = tinggi
Mi – 1 SDi sampai <
Mi + 1 Sdi = sedang
Mi – 3 3 SDi sampai
< Mi -1 SDi = rendah
(Wayan Nurkencana dan
PPN. Sumartana, 1986 : 90).
b.
Teknik
Uji Persyaratan Analisis
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis statistik parametrik. Teknik ini dipilih didasarkan
atas tujuan tersebut, maka teknik yang
paling tepat digunakan adalah teknik analisis pragmentaris korelasi sederhana.
Sesuai dengan teknik analisis yang dipilih tentu saja diimbangi dengan
persyaratan analisis yang harus dipenuhi. Maka persyaratan analisis yang paling
penting untuk dipenuhi adalah persyaratan linieritas di samping uji normalitas
data.
c.
Uji
Normalitas Data
Pengujian normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui
apakah data yang akan dianalisis dengan statistik berdistribusi normal atau
tidak. Untuk itu digunakan rumus chi-kuadrat
sebagai berikut :
X2
=
Keterangan
:
X2
= nilai chi-kuadrat
fo
= frekuensi observasi
fh
= frekuensi harapan
(Suharsimi
Arikunto, 2002 : 259)
Kriteria :
Data
berdistribusi normal jika X2hitung < X2tabel
dan sebaliknya data yang tidak
berdistribusi normal jika X2hitung > X2tabel
pada taraf uji 95 %.
d.
Uji
Homogenitas Data
Untuk menguji homogenitas data dalam penelitian ini
digunakan untuk membuktikan homogenitas data dari beberapa sampel yang akan di
analisis dan dapat menguji dua atau lebih kelompok sampel.
Adapun rumus teknik uji Barlet tersebut adalah
sebagai berikut :
X2
= Ln 10 { B - ∑ ( Ni – 1 ) log Si2 }
Keterangan
:
Ln
10 = 2,3026 ( bentuk logaritma dari bilangan 10 )
B = Satuan Barlet
S = Standar deviasi total
Ni = Besaran ukuran sampel
Untuk
B = (log S2) ∑ ( Ni – 1 )
Kriteria : “ Jika X2hitung >
X2tabel ( 1-) (k-1), dimana ( 1-) (k-1) diperoleh dari daftar distribusi chi-kuadrat, maka data yang diperoleh
tidak homogen dan apabila X2hitung < X2tabel
, maka data yang diperoleh tidak homogen pada taraf signifikansi 5 % atau
taraf kebenaran 95%.
6.
Pengujian
hipotesis
Setelah peneliti mengadakan penelahan
yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka
langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
“Hipotesis merupakan prediksi mengenai
kemungkinan hasil dari suatu penelitian” (Fraenkel dan Wallen dalam Yatim
Riyanto, 2001 : 16). Atas dasar pendapat di atas, hipotesis yang diajukan masih
perlu diuji kebenarannya. Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk
alternatif yang terdiri dari hipotesa mayor dan hipotesa minor. Sesuai dengan
teknik analisis yang digunakan seperti disebutkan di atas, maka hipotesis alternatif
(Ha) diubah menjadi hipotesis nihil (Ho).
(Ha)
|
Ada
pengaruh yang positif dan signifikan pengaruh pemberian beasiswa terhadap motivasi belajar peserta didik di
SMPN 3 Tanjung tahun
pelajaran 2012/2013
|
(Ho)
|
Tidak ada
pengaruh yang positif dan signifikan pengaruh pemberian beasiswa terhadap motivasi belajar peserta didik di
SMPN 3 Tanjung tahun
pelajaran 2012/2013
|
Untuk keperluan pengujian hipotesis digunakan teknik
uji-t (t-tes). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang positif
dan signifikan tentang pemberian pemberian beasiswa dengan yang tidak
mendapatkan Beasiswa pada peserta didik
di SMPN 3 Tanjung
Dengan
keterangan:
= Rata-rata sampel
= Dugaan rata-rata populasi
= Rata-rata populasi 1
= Rata-rata populasi 2
= Jumlah sampel
E.L.;
Romano, Joseph P. (2005).
1. Tolak
Ho, apabila t hitung > t table
pada taraf uji 95 % dan derajat kebebasan (dk = n1 + n2
-2). Dan sebaliknya apabila t hitung < t table maka Ho diterima pada
taraf uji yang sama.
2. Ho
di tolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan dan menerima Ho artinya
tidak terdapat perbedaan yang signifikan
I.
Jadwal
kegiatan penelitian
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yang
dimulai dari Bulan Juli 2012 sampai dengan Bulan September 2012 dan tempat
melakukan penelitian ini yaitu di SMPN 3 Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten
Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat.
NO
|
KEGIATAN
|
BULAN
|
||||||||||||||
Juli
2012
|
Agustus
2012
|
September
2012
|
||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
Persiapan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Penyusunan Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Konsultasi Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Perizinan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penyusunan Skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Konsultasi Skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Seminar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian :
Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta : Rineka Cipta
Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi,
Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Creswell, John W., Vicki L. Plano Clark. 2007. Designing and
Conducting Mixed Methods Research.Thousand Oaks: SAGE Publications
Definisi Beasiswa, Arti kata: Beasiswa. (online) (www.artikata.com/arti-320966-beasiswa.php, di akses 7 September 2012)
Depdiknas. 2003. Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal
Penyelenggaraan Pendidikan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah (Keputusan
Menteri Nomor 053/V/2001 Tanggal 19 April 2001. Jakarta : Direktorat
Pendidikan Menengah Umum.
Depdiknas. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Dirjen
Manajemen Dikdasmen Direktorat Pembinaan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama.
E.L.; Romano, Joseph P. (2005). Testing
Statistical Hypotheses (edisi ke-3E). New York: Springer
Moleong, Lexy. 2007. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya..
Mulyana, Dedy. 2004. Metoologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2005. Manajemen
Berbasis Sekolah. Jakarta : Depdiknas.
Pengertian beasiswa, definisi, fungsi manfaat dan tujuan beasiswa
(0nline) (http://www.anneahira.com, diakses 7 september 2012).
Siagian P. Sondang. 2002. Kiat
Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (ed.). 1989. Metode
Penelitian Survai. Jakarta: LP3S
Sobry Sutikno, Jurnal Peran Pendidik Dalam
Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa, Kamis, 11 September 2007. www.depdiknas.go.id
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung :
Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih.
2006. Metode Penelitian Pendidikan Bandung : Remaja Rosda Karya.
Sukmadinata, Syaodih Nana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Suparlan, 2007.Jurnal Dimensi Mutu Pendidikan, www.depdiknas.go.id
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan
Nasional. Jakarta :
Depdiknas.
Wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas. (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Beasiswa, di akses 7 september 2012).
Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah
Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.